Monday, December 29, 2014

9 Maskapai Penerbangan Paling Berbahaya di Dunia

8 Kecelakaan Pesawat Paling Parah Sepanjang 2014Informasi | Pendidikan | Pesawat terbang mungkin disebut-sebut sebagai moda transportasi paling aman di antara moda transportasi lain di darat atau di laut. Namun meski begitu, toh pesawat tetap tak lepas dari bencana. Berdasarkan catatan sejarah penerbangan, ada beberapa maskapai yang disebut sebagai maskapai penerbangan paling berbahaya di dunia. Apa saja?
Dilansir dari askmen.com berikut daftar maskapai tersebut.
9. Thai Airways
Total Penerbangan: 1.98 juta
Kecelakaan fatal: 4 kali
Tewas: 352 orang
Thailand Airways merupakan maskapai penerbangan terbesar di Thailand dan telah memenangkan beberapa penghargaan termasuk menjadi runner-up di Airline of the Year pada tahun 2007. Maskapai ini juga dipuji karena kebersihannya oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Meski begitu, pada tahun 80-90’an Thai Airways adalah maskapai yang mesti dihindari dengan beberapa kecelakaan fatal yang terjadi. Tragedi terbesar terjadi pada tahun 1992. Penerbangan dari Kathmandu mengalami kecelakaan dan menewaskan 113 orang.
8. Avianca
Total Penerbangan: 1.47 juta
Kecelakaan fatal: 4 kali
Tewas: 500 orang
Maskapai yang satu ini mempunyai sejarah penerbangan terpanjang di belahan bumi bagian Barat. Berdiri pada tahun 1919, armada ini menjadi armada paling modern di Amerika Selatan. Meski begitu, reputasinya ternoda akibat beberapa tragedi. Pada 1989, sebuah bom meledak saat pesawat lepas landas dan menewaskan 107 orang. 1983 merupakan kecelakaan terburuk dengan 181 orang tewas.
7. Pakistan International Airlines
Total penerbangan: 1.43 juta
Kecelakaan fatal: 5 kali
Tewas: 440 orang
Sebagai maskapai penerbangan milik negara, perusahaan ini telah membawa penumpang ke 25 negara berbeda. Maskapai ini berdiri pada tahun 1950 dan menjadi maskapai Asia pertama yang menggunakan pesawat jet pada tahun 1960. Maskapai ini pernah menderita kerugian besar pada tahun 1992 saat pesawat yang diterbangkan oleh pilot pada ketinggian 400 meter gagal melihat daerah pegunungan. Hal tersebut membuat 167 jiwa melayang.
6. Egyptair
Total penerbangan: 1.07 juta
Kecelakaan fatal: 4 kali
Tewas: 402 orang
Egyptair adalah perusahaan penerbangan terbesar di Afrika dengan lebih dari 70 negara tujuan di seluruh dunia. Meski telah membawa lebih dari delapan juta penumpang sejak tahun 2007, maskapai ini pernah mendapat cap buruk pada tahun 1970 saat pesawat dibajak teroris. Salah satu pesawat juga pernah terjatuh di Samudera Atlantik saat menuju Kairo dari New York dan menewaskan semua penumpang yang berjumlah 217 orang.
5. Kenya Airways
Total penerbangan: 450.000
Kecelakaan fatal: 2 kali
Tewas: 283 orang
Kenya Airways mulai beroperasi pada tahun 1977 dan memiliki armada sekitar 30 pesawat. Dua kecelakaan fatal terjadi dalam dekade terakhir. Yang pertama, pesawat jatuh di Samudera Atlantik pada tahun 2000 dan menewaskan 169 orang. Yang kedua pada tahun 2007, pesawat jatuh di rawa dan mengakibatkan 114 orang meninggal dunia.
4. Philippine Airlines
Total penerbangan: 1.18 juta
Kecelakaan fatal: 6 kali
Tewas: 107 orang
Didirikan pada tahun 1941, maskapai yang satu merupakan maspakai nasional Filipina. Sayangnya, kondisi negara yang tidak stabil membuat maskapai ini sering menjadi korban pembajakan dan serangan teroris. Setidaknya tiga bom dan satu pembajakan telah terjadi pada maskapai ini selama 70 tahun terakhir. Kejadian terburuk saat sebuah bom meledak di toilet dan menewaskan 36 orang.
3. Iran Air
Total penerbangan: 970.000
Kecelakaan fatal: 5 kali
Tewas: 708 orang
Iran Air merupakan dua maskapai penerbangan yang di-merger pada tahun 1962. Setelah Revolusi Iran pada tahun 1979, penerbangan ke sejumlah negara tujuan internasional dihentikan. Maskapai ini mencatat tiga kecelakaan besar dalam 10 tahun terakhir, termasuk satu insiden terparah pada tahun 1988 yang menewaskan hampir 300 orang.
2. China Airlines
Total penerbangan: 910.000
Kecelakaan fatal: 6 kali
Tewas: 763 orang
China Airlines sebenarnya sebuah perusahaan yang berbasis di Taiwan yang berdiri pada tahun 1959. Pesawat ini memiliki sejarah buruk akan korban yang tewas akibat kecelakaan. Yang terburuk adalah penerbangan pada tahun 2002. Pada penerbangan antara Taiwan dan Hong Kong tersebut, pesawat jatuh ke laut dan menewaskan 225 orang.
1. Cubana Airlines
Total penerbangan: 320.000
Kecelakaan fatal: 8 kali
Tewas: 404 orang
Maskapai ini memiliki catatan keamanan terburuk dari semua maskapai penerbangan internasional. Armadanya merupakan gabungan pesawat Antonovdan Ilyushin. Maskapai ini memiliki total jumlah penerbangan yang paling rendah di antara yang lainnya. Kecelakaan terburuk terjadi pada tahun 1999.
Nah, meski maut memang tak dapat diprediksi, namun tidak ada salahnya kita berhati-hati bukan? Semoga info di atas dapat bermanfaat buat para pengunjung Gede Sitdown Blog.
Sumber : Liputan6.com

Analisis Pakar Asing Soal Hilangnya Pesawat AirAsia QZ8501

Ilustrasi Pesawat AirAsia hilang (8)
Ilustrasi Pesawat AirAsia Hilang

Informasi | Pendidikan | Minggu pagi, 28 Desember 2014, pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 terbang dari Bandara Internasional Juanda, Surabaya menuju Bandara Internasional Changi, Singapura, pada pukul 05.36 WIB.

Baru 41 menit mengudara, Airbus A320-200 yang membawa 162 orang hilang kontak. Menurut Kepala Basarnas Marsekal Madya Bambang Soelistyo, pesawat yang mengangkut 155 penumpang dan 7 awak tersebut diperkirakan berada di dasar laut. Namun belum diketahui pasti mengapa pesawat itu bisa berada di laut. "Dugaan sementara pesawat ada di dasar laut," ujar Bambang dalam keterangan pers di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (29/12/2014).

Jika memang terjadi sesuatu hingga membuat pesawat hilang kontak, pertanyaan mengemuka: mengapa tak ada pemberitahuan kondisi darurat 'mayday' dari kapten pilot Iriyanto. Juga tak ada sinyal ELT (emergency locator transmitter) otomatis dari sistem pesawat.

Menurut ahli keamanan penerbangan Australia, Des Ross, alasan kenapa pilot AirAsia QZ8501 tak meneriakkan tanda darurat 'Mayday' karena kemungkinan saat itu si juru terbang sedang sibuk mengendalikan pesawat dan mengurus atau memastikan keselamatan penumpang.

"Kemungkinan, prioritas adalah agar pesawat tetap bisa terbang dan menjamin keselamatan penumpang," ujar Des Ross, seperti dimuat News.com.au. "Langkah utama yang dilakukan adalah menemukan solusi atas masalah yang sedang terjadi," imbuh dia.

Faktor cuaca diduga menjadi salah satu penyebab hilangnya AirAsia. Berdasarkan analisis peneliti sains atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Erma Yulihastin, dengan menggunakan fasilitas sistem informasi peringatan dini SADEWA, saat itu di area QZ8501 terbang, angin sedang bertiup kencang. Data satelit MTSAT juga menunjukkan sedang adanya pertumbuhan awan kumulonimbus (cumulonimbus) yang menjulang tinggi di area pesawat melintas.

Sesaat sebelum hilang kontak, pilot sempat meminta izin kepada petugas ATC atau pengendali lalu lintas udara untuk berbelok ke kiri dan naik hingga ketinggian 38.000 kaki. Diduga permintaan si pilot itu untuk menghindari awan kumulonimbus yang dikenal tebal dan pekat. Petugas ATC mengizinkan pilot belok kiri, namun tidak membolehkan pesawat itu naik ketinggian lantaran ada pesawat lain.

Des Ross mengaku heran kenapa tak ada sinyal ELT jika memang pesawat dalam kondisi darurat. Menurut dia, kemungkinan sistem pesawat saat itu tak berfungsi hingga menyebabkan ELT tak memancar. "ELT dikenal sebagai alat cukup handal dalam situasi darurat," tandas Des Ross.

Hingga kini, pencarian AirAsia QZ8501 terus dilakukan di perairan antara Tanjung Pandan, Pulau Belitung dan Pulau Kalimantan pada sisi kawasan Pontianak. Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan mengatakan, pencarian AirAsia QZ8501 dengan menggunakan kapal laut akan terus dilakukan tanpa mengenal waktu.

"Pencarian dengan kapal laut dilakukan 24 jam nonstop. Untuk pencarian yang menggunakan pesawat udara, pencarian akan ditarik bila keadaan sudah gelap," tegas Jonan.

Kepala Basarnas Marsekal Madya FHB Soelistyo mengatakan akan memperluas sektor pencarian pesawat AirAsia QZ8501. Proses pencarian selama 2 hari terakhir ini sudah dilakukan di 7 sektor di kawasan Pulau Belitung sampai perairan Selat Karimata. Pada Selasa 30 Desember, Basarnas bakal menambah 4 sektor pencarian. (Riz/Ali)

Sumber : Liputan6.com

Disqus Shortname

Ad Inside Post

Comments system